contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Wednesday, June 9, 2010

Tanpa disadari, dalam menjalani kehidupan ini kadang kita merasa berada dalam tekanan. Tekanan tersebut bukan disebabkan beban hidup yang berat, atau karena kita tidak mempunyai kekuatan yang memadai dalam meringankan tekanan itu. Beban dan tekanan itu terjadi hanya karena kita tidak mau terbuka dan berterus terang. Kita hidup penuh kepura-puraan, sehingga jauh dari rasa nyaman.
Hidup dalam kepura-puraan bisa digambarkan bagaikan bunga mawar plastik dengan kelopak dan warna sempurna, namun sama sekali tidak memberikan semerbak mewangi bagi sekitarnya. Berbeda dengan mawar asli yang harum, meski lekas layu. Walaupun bunga mawar yang asli tidak seindah tiruannya, namun kita tetap saja menyukai bunga mawar yang asli. Bahkan, kumbang pun hanya mau hinggap pada bunga asli. Dalam bunga mawar asli, ada detak kehidupan alam. Demikiap pula, hidup dalam kejujuran adalah hidup alami yang sejati. Hidup berpura-pura sama saja membohongi hidup itu sendiri.
Jika ingin hidup terasa ringan dan mudah, bersikaplah apa adanya. Bila kita sedang menghadapi kesulitan, dan ada teman yang ingin dan rela membantu kita, maka janganlah ditolak bantuan tersebut. Sikap berterus terang akan membuka jalan yang lebar bagi penerimaan orang lain. Persahabatan dan kerjasama membutuhkan satu hal; keakraban. Keakraban akan tercipta bila satu sama lain saling menerima dan terbuka.
Umpamakan Anda adalah perahu kokoh yang sanggup menahan beban, terbuat dari kayu terbaik, dengan layar gagah menentang angin. Kesejatian Anda adalah berlayar mengarungi samudra, menembus badai dan menemukan pantai harapan.
Namun, sehebat apa pun perahu diciptakan, tak ada gunanya bila perahu tersebut hanya ditambatkan di dermaga. Dermaga ibarat masa lalu Anda. Tali penambat itu adalah ketakutan dan penyesalan Anda. Jangan buang percuma seluruh daya kekuatan yang dianugerahkan pada Anda. Jangan biarkan masa lalu menambat Anda. Lepaskan diri Anda dari ketakutan dan penyesalan.
Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan Anda dengan keberhasilan adalah masalah yang menantang. Di situlah tanda kesejatian teruji. Hakikat perahu adalah saat ia berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri Anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan.
Keberhasilan yang diraih, atau kegagalan yang menimpa dapat ditelusuri jauh ke dalam diri Anda. Karena Anda lah yang
menjalani semua ini. Bukan orang lain. Hanya saja, terlalu banyak orang tak mau memikul tanggung jawab itu. Bagi
mereka, mempertanggungjawabkannya adalah beban. Padahal, tak seorang pemimpin dapat lepas darinya. Dan, tanggung jawab tertinggi untuk mencapai kebebasan murni adalah bertanggungjawab atas diri sendiri.
Seorang bijak pernah menulis , "Amatilah pikiranmu, karena akan menjadi ucapanmu. Amatilah ucapanmu, karena akan menjadi tindakanmu. Amatilah tindakanmu, karena akan menjadi kebiasaanmu. Amatilah kebiasaanmu, karena akan menjadi karaktermu. Amatilah karaktermu, karena akan menjadi nasibmu." Di atas semua itu, amatilah diri Anda. Hanya mereka yang mengenal dirinya lah yang akan mencapai ketenangan diri yang sesungguhnya.
Hidup ini seringkali menipu dan menina bobokkan. Agar tak terlena, kita harus sadar akan tiga hal, yaitu siapa diri kita, darimana kita berasal, dan ke mana kita akan pergi.
Sikap kita menghadapi hidup, akan menentukan masa depan. Saat kita telah berketetapan untuk mewujudkan cita-cita, kita akan teguh memperjuangkannya, meski dihadapkan berbagai tantangan. Tak ada orang lain di muka bumi ini yang dapat menjajah sikap kita.
Orang dapat mempengaruhi sikap kita dengan mengajarkan kita tentang kebiasaan-kebiasaan berpikiran rendah atau secara tidak sengaja memberikan informasi yang salah atau memberikan sumber-sumber pengaruh yang negatif, namun tak seorang pun yang dapat mengendalikan sikap kita kecuali jika kita dengan rela menyerah pada kendali tersebut.
Tak ada orang lain yang "membuat kita marah". Kita membuat diri sendiri marah ketika kita menyerahkan kendali sikap kita. Apa yang telah dilakukan orang lain tidaklah relevan. Kita lah yang memilih, bukan mereka. Mereka hanya menguji sikap kita. Jika kita memilih sikap meledak-ledak dengan menjadi bermusuhan, marah, cemburu atau curiga, maka kita gagal dalam ujian itu. Jika kita menyalahkan diri sendiri dengan mempercayai bahwa diri kita tak ada harganya, lagi-lagi, kita gagal dalam ujian.
Apabila kita peduli terhadap segala hal mengenai diri kita sendiri, maka kita harus menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perasaan kita sendiri. Kita mesti belajar menjaga terhadap perasaan-perasaan yang akan menjerumuskan sikap kita ke jalan yang salah dan harus memperkuat perasaan-perasaan yang akan mengarahkan dengan pasti ke masa depan kita yang lebih baik.

(Adi Sumanto/dila)
Resonansi 12-04-2008
www.suaramerdeka.com

0

Kata orang, hidup ini layaknya roda kehidupan. Kadang berada di atas, kadang berada di bawah. Ada pula yang bilang hidup ini seperti ombak di pantai. Kadang tenang, namun tak jarang pula menghantarkan gelombang yang begitu kencang. Apa pun perumpamaan manusia terhadap kehidupan ini, intinya adalah hidup ini takkan setenang air di dalam kolam. Akan ada goncangan-goncangan, hambatan-hambatan, dan ujian-ujian yang bermacam-macam bentuknya.
Terkadang manusia seringkali merasa tidak mampu untuk menghadapi cobaan-cobaan hidup. Bahkan banyak pula yang tak menyadari bahwa semua nikmat dan semua ujian itu hanya berasal dari satu sumber. Semua itu berasal dari pemilik seluruh jiwa-jiwa manusia dan penguasa seluruh hati-hati manusia, yaitu Allah, Sang Maha Kuasa. Parahnya, ada juga yang menyesali diri sendiri, menganggap nasib diri terlalu sial, sehingga tak pernah mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.
Mungkin anda pernah dengar cerita sebuah cangkir cantik yang dipajang di sebuah etalase toko. Sebelum berada di sana, ia hanyalah seonggok tanah liat yang sama sekali tidak dihiraukan orang. Kemudian seorang pengrajin mengambil dirinya, membentuk tanah liat itu, kemudian membakarnya di dalam perapian. Sang tanah liat sempat marah dan benci terhadap perlakuan yang diterimanya. Ia harus menahan sakit dan kepanasan. Tak sampai di situ, ia harus rela dicat dengan berbagai warna, kemudian dibakar lagi. Segala macam perlakuan sungguh tidak mengenakkan baginya. Namun apa yang terjadi, setelah semua proses selesai, sang tanah liat mendapati dirinya telah menjadi sebuah cangkir cantik. Ia bukan lagi seonggok tanah liat yang bau, tapi ia telah menjadi sosok baru dan tentu saja lebih baik. *
Mungkin kita sebagai manusia, seringkali berpikir seperti tanah liat tadi. Ujian-ujian yang mendatangi di setiap detik kehidupan selalu ditanggapi dengan ketidaksabaran, keluh kesah, dan ketidakikhlasan. Tak jarang mungkin di antara kita merasa terlalu dibebani dengan amanah-amanah, merasa hanya diri sendiri yang diberi ujian, sedang orang lain bisa bersenang-senang, dan ada juga yang justru berhenti dan tidak mau lagi berbuat karena merasa terlalu lelah, fatigue, dan kecewa. Belum lagi kondisi lingkungan, keluarga, dan teman-teman yang seringkali cuek, tidak perduli, dan sibuk dengan urusan masing-masing.
Tapi cobalah kita lihat kisah si gelas cantik tadi. Lihatlah, betapa setelah semua proses berlalu, seonggok tanah liat telah menjadi sebuah gelas cantik. Betapa indahnya perubahan itu. Saat ini anda mungkin sedang diuji berbagai macam masalah, mulai dari masalah di keluarga, orang tua, teman-teman, tempat kerja, bahkan amanah dakwah sekalipun, tapi percayalah bahwa Allah sedang membentuk anda. Bisa jadi anda tidak menyukai bentukan itu, tapi anda harus sabar. Bukankah selalu ada kemudahan setelah kesusahan? Ingat, awan tak selamanya mendung, sekali waktu ia akan cerah berawan menaungi langit. Bahkan angin topan pun tak selamanya meniupkan angin kencangnya, pada waktunya ia akan tenang dan reda kembali.
Dulu, seorang teman pernah bilang, kalau merasa diri sedang mendapatkan ujian yang begitu berat, berbaik sangkalah kepada diri sendiri dan kepada Allah. Ingat bahwa Allah selalu menurut persangkaan hamba-Nya. Anggap saja saat diuji dengan berbagai masalah, anda sedang dalam masa ujian layaknya anak sekolah. Untuk bisa naik tingkat, harus ada ujian untuk menguji kesiapan. Makin tinggi tingkat, makin tinggi pula level kerumitan ujian yang diberikan. Percayalah, kalau anda berhasil menghadapi ujian ini, anda akan berhasil naik tingkat di mata Allah, menjadi mukmin sejati. Allah tidak akan memberikan suatu ujian sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Kalau Allah saja yakin kita mampu, masa kita sendiri tidak yakin dengan kemampuan diri?
Buat saudara-saudaraku yang saat ini sedang diuji oleh Allah, apapun bentuk ujian itu, bergembiralah dan bersabarlah. Bergembira karena ujian berarti Allah masih peduli dan sayang kepada kita, untuk itu ia memberikan ujian agar kita lebih kuat, lebih bijak, dan lebih mulia. Allah ingin kita menjadi lebih baik di hadapan-Nya. Setelah itu, bersabarlah karena sesungguhnya kesabaran akan membuahkan ketenangan jiwa, kekuatan hati, dan sungguh Allah selalu bersama orang-orang yang sabar. Bersabarlah, karena Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang beriman, justru manusia lah yang seringkali meninggalkan sang penciptanya.
Apakah yang diperoleh orang-orang yang telah kehilangan Allah dari dalam dirinya? Dan apakah yang harus dicari oleh orang-orang yang telah menemukan Allah di dalam dirinya? Sungguh antara yang pertama dan kedua tidak akan pernah sama. Orang kedua akan mendapatkan segalanya, dan orang pertama akan kehilangan segalanya. **
Wallahualam
Oleh: Hayati Rahmah
9 Mar 2006 08:24 WIB
*kisah disadur dari buku “Kekuatan Cinta”
**disadur dari buku “La Tahzan!”

0

Sinta ingin sekali mencoba menjadi pembawa acara dalam acara seminar mahasiswa di kampus bulan depan. Tapi ia selalu ragu-ragu untuk melakukannya. Ia takut sekali. Apalagi Sinta memang pemalu dan tidak terlalu pandai bicara. Dan akhirnya, saya punya kesempatan untuk tahu alasan keraguannya itu.
Ketika saya diundang sebagai pembicara untuk seminar lain di kampus yang sama, saya berkesempatan bertanya langsung padanya. "Sebenarnya apa yang kamu takutkan?"
Ia menjawab, "Takut menghadapi orang banyak."
Saya tanya lagi, "Memangnya orang banyak akan berbuat apa sih? Kok sampai harus ditakuti?"
Ia sendiri bingung, sampai akhirnya ia sadar bahwa yang ditakutinya hanya satu, yaitu "takut melakukan kesalahan".
Sinta lupa kata-kata John Maxwell yang berbunyi: "Kesalahan terbesar yang kita perbuat dalam hidup ini adalah takut membuat kesalahan". Rasa 'takut membuat kesalahan' ini ternyata paling banyak menghambat kemajuan manusia. Seorang pelukis yang akan mulai melukis tidak boleh merasa takut membuat kesalahan. Kalau ia takut membuat kesalahan, apa jadinya dengan hasil lukisannya? Jangan-jangan ia tidak akan pernah mulai melukis.
Ketika berhenti kerja karena tidak cocok dengan pemegang saham yang baru, Martin ingin memulai bisnis baru di bidang perlengkapan komputer. Tapi berbulan-bulan ia ragu-ragu karena takut gagal. Uang pesangon yang akan dijadikan modal sudah mulai berkurang karena terpakai untuk biaya hidup sehari-hari. Ia pun semakin was-was. Memang ia takut gagal karena modalnya pas-pasan. Tapi semakin ia menunda bisnisnya, maka modalnya juga akan semakin berkurang. Martin harus bertindak cepat.
Untunglah kemudian ia sadar bahwa ketakutannya harus diatasi. Ia pun bertanya pada temannya yang sudah berhasil di bidang yang sama. Ia mempelajari segala seluk beluk bisnis itu lebih mendalam agar ia dapat mengurangi kemungkinan risiko gagal. Akhirnya ia mulai juga. Bulan ketiga ia sudah mendapat untung besar. Tahun kedua ia sudah memiliki dua toko komputer di Jakarta, bahkan tahun ini ia akan membuka dua toko lagi di Tangerang dan Bekasi.
Rosa menunda-nunda keputusan untuk mengambil waralaba sebuah restoran cepat saji dan membukanya di Bandung. Dari hasil analisanya, ia yakin bahwa pasti restoran itu laku karena lingkungan itu cukup ramai dan di situ belum ada restoran cepat saji yang enak. Tapi ia takut salah.
Empat bulan kemudian orang lain membuka waralaba restoran tersebut di lingkungan yang sama. Ternyata hasilnya sangat memuaskan. Tiap hari restoran itu dipenuhi pelanggan. Life must go on! Ketika Rosa menunda tindakannya karena takut salah, orang lain telah mengambil kesempatan itu. Karena Sinta takut melakukan kesalahan sehingga ia menolak menjadi pembawa acara, orang lainlah yang memperoleh kesempatan untuk belajar.
Isna harus menjadi pembicara di sebuah konferensi pers dalam rangka peluncuran produk baru. Dalam acara tersebut, Isna berusaha menjawab semua pertanyaan sebaik mungkin. Rolan, rekan kerjanya, berkomentar di belakang. "Dia bicaranya salah. Kalau saya mau, saya bisa memojokkannya sekarang. Saya bisa mempermalukannya di depan orang banyak."
Sungguh sangat disayangkan. Bukannya mendukung atau melakukan hal lain yang lebih bermanfaat, Rolan justru berpikir negatif. Jelas sekali terlihat bahwa ia sebenarnya iri melihat Isna duduk di meja depan sedangkan ia sendiri tidak kelihatan. Kalau ia berpikiran benar, tidak mungkin ia mengucapkan kata-kata yang merendahkan orang lain seperti itu. Untuk apa ia mempermalukan Isna? Supaya ia sendiri kelihatan hebat? Kelicikan hatinya sudah terlihat.
Sebaliknya Isna sangat positif. Ia tidak takut membuat kesalahan. Mungkin ia pernah malakukan kesalahan, tapi ia belajar agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Ia belajar dari kesalahan. Kini, apabila dibandingkan, Isna jauh lebih unggul untuk tampil di depan umum dibandingkan Rolan yang berpikiran negatif. Mungkin Rolan dalam hati berpikir bahwa ia lebih baik daripada Isna, tapi yang menentukan adalah orang lain bukan? Pendengarlah yang lebih bisa merasakan dan melihat perbedaan yang menyolok diantara keduanya. Fakta membuktikan.
Rosa kemudian belajar dari pengalaman pahitnya untuk tidak takut lagi melakukan kesalahan. Ia segera mencari lokasi lain yang bagus dan membuka waralaba restoran tersebut yang ternyata memang laku keras, meskipun tidak sebagus pilihan pertamanya dulu. Tapi kini ia tidak membiarkan rasa 'takut membuat kesalahan' itu menghambat langkahnya. Ia meminimalisasi resiko dengan persiapan yang matang, lalu segera bertindak.
Sinta pun kemudian sadar bahwa ketakutan itu hanya ada dikepalanya. Hanya ada dalam pikirannya. Bukan sesuatu yang nyata. Ia tinggal memilih untuk mengatasinya atau menyerah pada pikiran negatif tersebut. Ia berjanji pada dirinya bahwa ia akan mengajukan diri menjadi pembawa acara seminar tahun depan. Ia tidak mau lagi membiarkan kesempatan lewat tanpa dimanfaatkan. Karena kalau ia tidak mau menggapai kesempatan, orang lain yang akan meraihnya. Tidak perlu takut membuat kesalahan! Go for it! (Lisa Nuryanti)

ditulis ulang dari Resonansi
www.suaramerdeka.com

0

Hati-Hati dengan Bahaya Plastik! Pelajari Sebelum Terlambat.



Sudah banyak orang yang memberi peringatan, rumor, gosip bahkan artikel majalah tentang bahaya plastik. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau sampai meneliti lebih lanjut.

Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.

Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.

Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?

1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.

2. HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.

3. V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.

4. LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.

5. PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.

6. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.

7. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.

Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita.

Pada akhirnya. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Gunakan bahan keramik, gelas atau pyrex sebagai gantinya.

Hindari juga membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A sembarangan karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada akhirnya pun bisa mencemari air minum banyak orang.

Semoga informasi ini bermanfaat.

—-
diambil dari situs:
http://akuinginhijau.org/

0

Translator

Ngobrol Yuk...

Followers

Alexa

Statistik

Jago Mancing

Jago Mancing