contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Friday, March 18, 2011

SCENE PROGRAMS

Paid Review Indonesia

Scene program merupakan fitur menarik karena dalam program ini tersimpan algoritma yang dikumpulkan dari pengalaman ribuan fotografer sehingga pengguna kamera digital dimudahkan untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa menarik yang sering ditemui tanpa repot memikirkan setting lagi. Tinggal sesuaikan kondisi dengan program yang tersedia, lalu konsentrasi & siap siaga agar tidak tertinggal momen.
Diharapkan dengan mengenal setting dari program yang tersedia, Anda dapat memanfaatkannya secara maksimal & menggunakannya pada kondisi pemotretan yang mirip.
Beberapa Scene Program yang umum:

1. Portrait

Mode ini ditunjukkan dengan simbol kepala manusia. Potret meupakan jenis foto yang paling banyak dibuat. Pada mode ini kamera akan mengatur setting aperture pada posisi lebar (f/3.0 atau f/4.0) untuk memperoleh detil obyek dan mengisolasinya dari background.

Jarak efektif untuk kamera digital kompak/poket 60 cm – 2,5 m, untuk DSLR sangat bergantung pada tipe lensa yang digunakan.
Mode ini dapat digunakan bila Anda bermaksud menonjolkan sebuah obyek (meskipun bukan manusia) yang posisinya cenderung terpusat di satu titik.


2. Landscape

Mode ini ditunjukkan dengan simbol gunung. Pemandangan alam merupakan foto kenangan yang umum pada saat kita berwisata atau mengunjungi tempat baru. Pada mode ini kamera akan mengatur setting aperture pada bukaan sempit (f/8.0 atau lebih besar) sehingga seluruh area foto, baik orang di latar depan maupun alam di latar belakang tampak cukup tajam.

Jarak efektif obyek 60 cm sampai tak terhingga.
Mode ini dapat digunakan untuk foto beramai-ramai yang obyeknya tersebar dalam area frame.


3. Macro

Mode ini ditunjukkan dengan simbol bunga. Pada mode ini ada perubahan posisi elemen lensa sehingga kamera dapat ‘melihat’ obyek yang jaraknya kurang dari 50 cm. Pada pemotretan ini aperture akan dibuka pada posisi sedang atau lebar (f/5.6 atau lebih kecil) dan shutter speed akan mengimbangi.
Obyek yang umum adalah bunga, serangga, namun sebetulnya bisa digunakan untuk semua obyek yang berjarak kurang dari 50 cm.

Untuk obyek yang bergerak seperti serangga, sebaiknya shutter speed diset pada posisi 1/100 atau lebih cepat.


4. Night mode

Mode ini ditunjukkan dengan simbol bintang & bulan. Pada dasarnya, kamera menaillan setting ISO sehingga gambar tampak lebih terang. Masalahnya, naiknya ISO setting biasanya juga akan menaikkan noise. Ini sangat terasa pada kamera-kamera digital poket/ kompak.


5. Sport

Momen-momen olahraga adalah action berkecepatan tinggi.Oleh karena itu mode ini akan mematok shutter speed cukup tinggi dan membiarkan aperture menyesuaikan diri. Penggunaan mode ini pada cahaya yang cukup mengurangi pengaruh getaran. Mode ini cocok digunakan untuk memotret anak-anak yang sedang bermain di alam terbuka.


6. Sunset/ sunrise

Matahari yang sedang terbit atau terbenam selalu menjadi obyek yang menarik. Pada mode ini kamera diset untuk tetap membuka jendela sensor meskipun kondisi cahaya berada dalam posisi under-exposure (di bawah normal)

Untuk mendapatkan sunset & sunrise yg bagus, gunakan mode Spot metering atau Centre weighted. Arahkan kamera dengan fokus sedikit di atas matahari, lalu lakukan rekomposisi. Dengan cara ini kamera akan menghitung intensitas cahaya matahari sebagai fokus utama metering sehingga diperoleh foto yg agak gelap (mirip siluet)


7. Fireworks

Kembang api yang indah hanya dapat dilihat dalam waktu singkat. Masalahnya, kita tidak tahu di mana kembang api itu akan meledak sebelum dia benar-benar menyala. Oleh karena itu kamera digital tidak akan sempat mencari fokus, jadi kamera akan memfokus pada titik terjauh, menggunakan bukaan sempit namun dengan waktu pencahayaan yang lama (shutter speed lambat)

diambil dari : http://fotografi-dasar.blogspot.com/2009/11/kumpulan-pengalaman-ribuan-fotografer.html

0
Thursday, March 17, 2011

'Mata' yang Paling Cocok untuk Anda



Salah satu keuntungan pengguna kamera poket adalah tidak perlu pusing dengan pemilihan lensa. :-)
Bagi pengguna DSLR, lensa biasanya menjadi aksesoris yang selalu ada dalam wish-list. Banyak juga yang mengeluhkan kualitas lensa kit, padahal jika dibandingkan dengan kamera poket sebetulnya tidak ada masalah dengan kualitas lensa tersebut selama digunakan dengan cara yang tepat.
Biasanya keluhan ini muncul ketika membandingkan foto yang dihasilkan dengan lensa kit terhadap foto yang dihasilkan sengan lensa lain yang memang didesain khusus.
Lensa kit adalah jenis lensa vario yang didesain untuk memenuhi berbagai keperluan dengan harga yang ekonomis. Sudah tentu ada banyak toleransi yang harus diberikan untuk memenuhi disain seperti itu. Ada batas-batas yang tidak bisa dilampaui oleh sebuah lensa kit, namun sesungguhnya semua lensa memiliki batasannya sendiri. Sebagai perbandingan, tidak akan ada fotografer yang memotret model di studio dengan lensa fish-eye :-D
Artinya, ketika memotret makro, sudah tentu hasil dari lensa kit akan kalah dibandingkan dengan yang dihasilkan lensa makro. Ketika memotret landscape, sudah pasti hasil dari lensa kit akan kalah dibandingkan dengan hasil dari wide-lens dengan fixed-aperture. Namun menggunakan lensa makro untuk pemotretan landscape atau wide-lens untuk memotret makro juga akan memberi hasil kurang memuaskan.

Yang harus ditekankan di sini adalah tidak perlu membeli semua tipe lensa. Pilih lensa yang paling sesuai dengan keperluan pemotretan yang paling disukai dan paling sering dilakukan.
Riset Tiga Langkah berikut mungkin dapat membantu untuk mengidentifikasi jenis lensa apa yang paling cocok dengan keperluan:
  1. Memotretlah dengan lensa kit sesering mungkin dengan perencanaan yang baik
  2. Secara berkala, inventarisasi koleksi foto yang Anda dan buat klasifikasi sehingga ditemukan kategori pemotretan yang paling banyak dilakukan
  3. Diagnosa secara mendalam foto-foto dari kategori terbanyak & tentukan perbaikan yang diperlukan dari lensa, misalnya:
    • fokus kurang tajam
    • bokeh kurang blur
    • tonal kurang tepat
    • respon kurang cepat
    • dsb

Tipe lensa yang paling diperlukan adalah yang sesuai untuk kategori yang terbanyak. Dari foto-foto itu pula dapat ditentukan berapa jarak fokus dan aperture yang sesuai dengan keperluan.

0

'Mata' yang Paling Cocok untuk Anda



Salah satu keuntungan pengguna kamera poket adalah tidak perlu pusing dengan pemilihan lensa. :-)
Bagi pengguna DSLR, lensa biasanya menjadi aksesoris yang selalu ada dalam wish-list. Banyak juga yang mengeluhkan kualitas lensa kit, padahal jika dibandingkan dengan kamera poket sebetulnya tidak ada masalah dengan kualitas lensa tersebut selama digunakan dengan cara yang tepat.
Biasanya keluhan ini muncul ketika membandingkan foto yang dihasilkan dengan lensa kit terhadap foto yang dihasilkan sengan lensa lain yang memang didesain khusus.
Lensa kit adalah jenis lensa vario yang didesain untuk memenuhi berbagai keperluan dengan harga yang ekonomis. Sudah tentu ada banyak toleransi yang harus diberikan untuk memenuhi disain seperti itu. Ada batas-batas yang tidak bisa dilampaui oleh sebuah lensa kit, namun sesungguhnya semua lensa memiliki batasannya sendiri. Sebagai perbandingan, tidak akan ada fotografer yang memotret model di studio dengan lensa fish-eye :-D
Artinya, ketika memotret makro, sudah tentu hasil dari lensa kit akan kalah dibandingkan dengan yang dihasilkan lensa makro. Ketika memotret landscape, sudah pasti hasil dari lensa kit akan kalah dibandingkan dengan hasil dari wide-lens dengan fixed-aperture. Namun menggunakan lensa makro untuk pemotretan landscape atau wide-lens untuk memotret makro juga akan memberi hasil kurang memuaskan.

Yang harus ditekankan di sini adalah tidak perlu membeli semua tipe lensa. Pilih lensa yang paling sesuai dengan keperluan pemotretan yang paling disukai dan paling sering dilakukan.
Riset Tiga Langkah berikut mungkin dapat membantu untuk mengidentifikasi jenis lensa apa yang paling cocok dengan keperluan:
  1. Memotretlah dengan lensa kit sesering mungkin dengan perencanaan yang baik
  2. Secara berkala, inventarisasi koleksi foto yang Anda dan buat klasifikasi sehingga ditemukan kategori pemotretan yang paling banyak dilakukan
  3. Diagnosa secara mendalam foto-foto dari kategori terbanyak & tentukan perbaikan yang diperlukan dari lensa, misalnya:
    • fokus kurang tajam
    • bokeh kurang blur
    • tonal kurang tepat
    • respon kurang cepat
    • dsb

Tipe lensa yang paling diperlukan adalah yang sesuai untuk kategori yang terbanyak. Dari foto-foto itu pula dapat ditentukan berapa jarak fokus dan aperture yang sesuai dengan keperluan.

0

Pertanyaan di atas disampaikan oleh beberapa teman yang sudah memiliki kamera + lensa kit dan menginginkan lensa tambahan yang lebih memenuhi seleranya. Mereka menanyakan, lensa apa yang sebaiknya dibeli dan biasanya saya balik bertanya:
"Apa yang mau difoto?" atau
"Apa kekurangan yang paling terasa dari lensa kit?" atau
"Lensa seperti apa yang diinginkan?"
dan sejenisnya.

Memilih lensa menurut saya adalah preferensi pribadi, salah satu bentuk manifestasi kepribadian dan kesenangan dalam fotografi. Lensa yang cocok untuk satu orang belum tentu sesuai untuk yang lain. Misalnya ada teman yang menyarankan memakai Tamron 17-50 mm sebagai pengganti lensa kit karena lebih tajam. Tapi saya gak terlalu peduli dengan ketajaman ekstra, yang saya perlukan adalah lensa dengan tele yang cukup jauh, maka saya kemudian membeli Tamron 18-200 mm yang "katanya" tidak tajam, lelet, berat, dsb.

Namun demikian, kita bisa saja mengelompokkan lensa-lensa itu dalam beberapa kelas:
  1. Standard zoom lens merupakan lensa vario dengan jarak fokus yang dapat diubah-ubah dan bukaan maksimal aperture berubah sesuai dengan jarak fokusnya. Lensa ini cocok untuk berbagai keperluan dokumentasi pribadi. Lensa kit 18-55 mm, 18-70 mm, 28-80 mm dan sejenisnya termasuk jenis lensa ini. Karena kualitasnya seadanya, banyak yang menghendaki alternatif yang lebih baik. Misalnya: untuk zoom range yang lebih luas bisa dipilih 18-105 mm, 28-135 mm, 28-200 mm, dst. Untuk ketajaman lebih biasanya digunakan Tamron 17-50 mm atau Carl Zeiss 16-80 mm
  2. Prime lens memiliki jarak fokus yang tetap sehingga kualitas dan ketajamannya sangat baik.Akan tetapi fotografer harus banyak berjalan kaki untuk menyesuaikan komposisi dan proporsi foto. Lensa jenis ini di antaranya 50 mm f/1.8. Alternatifnya, misalnya 50 mm f/1.4, 50 mm f/1.2, 85 mm f/3.5, 135 mm f/4, dst.
  3. Wide lens adalah lensa dengan jarak fokus pendek sehingga diperoleh ruang pandang (FOV - Field Of View) yang lebih luas. Lensa yang termasuk jenis ini, di antaranya 10-22 mm, 11-18, dll. Pegembangan lain adalah ke lensa fishye, misalnya Samyang 8 mm.
  4. Fast lens adalah lensa dengan bukaan lebar. Lensa-lensa ini memiliki angka aperture f/2.8, f/2, f/1.8 atau lebih kecil. Keuntungannya, dengan aperture lebar, maka dapat diperoleh shutter speed yang lebih tinggi. Itulah sebabnya lensa ini memperoleh sebutan fast lens. Efek samping dari bukaan yang lebar adalah lens blur atau bokeh karena DoF (Depth of Field) yang sempit.
  5. Macro lens adalah lensa yang memiliki konstruksi khusus sehingga memungkinkan untuk memotret obyek dari jarak dekat (50 cm atau kurang). Lensa macro yang sesungguhnya memiliki kemampuan pembesaran 1:1, adapun spesifikasi yang banyak dipakai adalah 100 mm f/2.8 Macro, 50 mm f/2.8 macro, dst. Namun demikian, produsen lensa 3rd party seperti Sigma, Tamron, dan Tokina mengembangkan lensa vario dengan kemampuan makro 1:4, !:5 atau !:7, seperti misalnya Tamron 18-200 Di II LD Aspherical Macro yang memiliki jarak obyek minimum 45 cm dengan perbesaran 1:4
  6. Super tele lens adalah lensa-lensa dengan jarak fokus di atas 180 mm, misalnya 100-400 mm, 170-500 mm, dst. Lensa-lensa jenis ini cocok untuk pemotretan olahraga, alam liar, pengamatan burung, dan obyek-obyek lain yang tidak memungkinkan fotografer mendekati obyek secara langsung.

Selain dari jarak fokus dan aperture, perlu diperhatikan juga fitur tambahan pada lensa yang akan memberikan kemudahan (dengan harga yang sesuai), di antaranya:
  1. Motor lensa kualitas tinggi yang lebih responsif, sehingga menjamin ketajaman obyek yang bergerak. Lensa jenis ini biasanya memiliki kode khusus yang berbeda dari setiap pabrikan, misalnya SSM (Super Sonic Motor), HSM (High Speed Motor), DX, SAM, dsb
  2. Image stabilizer merupakan fitur yang berguna untuk meredam guncangan pada pemotretan dengan speed rendah. Fitur ini juga memiliki kode yang berbeda-beda, misalnya IS (Image Stabilizer) pada canon, VR (Vibration Reduction) pada Nikon, SSS (Super Steady Shoot) pada Sony, dsb.
  3. Coating (bahan kimia pelapis optik lensa) merupakan faktor penting karena respon sensor digital terhadap cahaya berbeda dengan reaksi pada film. Permasalahan pada coating dapat menimbulkan flare, chromatic aberration (CA), ghosting, dsb. Lensa-lensa digital biasanya memiliki beberapa lapisan sehingga diberi tanda MC (multi coating) yang secara umum memiliki performa lebih baik dibandingkan lensa lama yang masih single coating.
  4. Aspherical merupakan konstruksi lensa yang mengandung elemen lensa aspheric dan berfungsi untuk mengurangi pembiasan spherical aberration yang disebabkan oleh bentuk lensa yang cembung.
  5. Low Dispersion adalah elemen optis yang minim dispersi (penyebaran) cahaya, sehingga intensitas cahaya yang sampai pada sensor menjadi lebih tinggi dan detil yang diperoleh lebih banyak.
Semoga bisa memberi pedoman untuk memilih lensa berikutnya :-)

0

Translator

Ngobrol Yuk...

Followers

Alexa

Statistik

Jago Mancing

Jago Mancing